Williem sudah semakin pintar dan aku sudah bersetubuh sembilan kali
dengannya. Aku sudah memberinya HP Nexian Rp. 400.000,- Makan minum,
beli kaos dan hadiah kecil lainnya.
Kali ini aku mau bercerita dengan pasanganku yang baru. Rumahku harus
direnovasi dan di cat, karena udah dekat puasa dan setelahnya akan
lebaran. Aku memanggil seorang tukang. Nyatanya dia ditemani oleh
anaknya yang outus sekolah. Mereka mulai memebetuli genting dan saluran
air. Aku tau, anaknya yang bernama Joko mulai melirih ke pahaku saat aku
menjemur pakaian di halaman belakang rumah yang didindingi dengan betul
setingi tiga meter.
Saat aku lintas di sisinya, tinggi kami sama, walau usia baru 13 tahun.
Ayahnya ada di atas genting dan Joko melayani permintaan ayahnya dari
bawah seperti melempar genting ke atas dan pekerjaan kecil lainnya.
Aku pura-pura tak tahu saja, matanya jejelatan. Kubiarkan saja. Tubuhnya
kelihatan sudah mulai berotot, karena mungkin dipaksa kerja. Kulitnya
hitam dan rambutnya dipangkas cepak.
Aku kembali ke luar membawa ember cucian, karena pembantu tidak masuk
dengan alasan sakit. Sengaja kulonggarkan kimonoku dan kuikat agak
terbuka agar betisdan pahaku yang putih mulus samar terlihat. Aku tahu,
dia sudah punya libido dan rasa ingin tahu anak seperti itu, pasti
tinggi.
Pukul 12.00 mereka istirahat dan ayahnya mengajak Jok pulang untuk makan
siang karena rumah mereka hanya 200 meter dari rumahku. Saat itu aku
mintya tolong agar Joko membeli sesuatu dan akan menyusul ayahnya.
Ayahnya tampak setuju. Maklumlah mengambil hati agar aku tetap
memakainya dalam perbaikan-perbaikan kecil di rumahku.
Saat ayahnya pulang, aku menyuruh Joko membeli minyak tanah ke warung.
Dengan cepat Joko membelinya, padahal sebenarnya aku tidak
membutuhkannya, kecuali mati lampu untuk masak lampu templok.
Saat dia pulang, aku sengajaduduk di kursi belakang dengan kaki kuangkat
sebelah ke atas kursi agar celana dalamku kelihatan dan pahaku keihatan
dengan telak. Kulihat Joko naik turun jakunnya.
Aku biarkan saja.
Tak lama Joko mendekatiku. Nampaknya matanya sangat tajam dan kulihat
dia sudah mulai gelap mata. Aku pura-pura tak tahu saja. Aku yang
kuimpikan menjadi kenyataan. Joko langsung memelukku dan meremas
tetekku. Aku pura-pura terkejut.
"Jangan Ko, nanti ketahua ayahmu," pintaku seperti tak setuju.
Nampaknya dia tak perduli. Anak usia 13 tahun, begitu beraninya,
batinku. Saat aku dipeluknya sebelah t anganku bekerja secata lembut,
seakan menolak perbuatannya, tapi sebenarnya aku melepas tali komonoku.
Komonoku pun terlepas dan terkuaklah tubuhku, tanpa bra, kecuali celana
dalam saja. Saat Joko memelukku kupermainkqn bahuku, agar Komonoku
terlepas dan blasss... aku tinggal memakai celana dalam saja.
Pura-pura aku menolaknya, padahal aku ingin tahu bagaimana penisnya.
"Duh... Joko, ntar ketahuan bapakmu gimana ni? Malukan?" kataku seakan
tersendat-sendat di kerongkongan. Bukannya Joko diam, malah melepas
celananya sampai penisnya kelihatan aberdiri. Kali ini aku
memangterkejut, melihat penisnya yang lebih besar dari usianya. Dalam
benakku, setidaknya Joko sudah terbiasa onani. Kulihaturat-urat pada
penisnya biru kemerahan.
"Ibu mau diapain, Jo? Malu Ko nanti ketahuan," kataku seakan menolak
tapi aku membiarkan saja apa yang dialakukan pada diriku. Celanaku dia
turunkan, hingga aku sudah bugil, sementara Joko hanya celananya saja
yang lepas.
Aku direnggutnya hingga aku tertidur di lantai. Cepat Joko menindihku dari atas. Perlahan kukangkangkan kedua pahaku.
"Cepat dong, nanti ketahuan. Ah kamu sih..." bisikku seperti ketakutan.
Joko nafasnya sudah tak teratur. Tanpa tangan kuarahkan agar penisnya
memasuki vaginaku. Dan bles, penisnya memasuki vaginaku. Kurasakan Joko
seperti kesetanan menyetubuhiku dan memompaku dari atas. Aku pura-pura
ketakutan saja.
"Ah... kamu kok begini, Ko?"
Joko tetap diam dan terus memompaku dengan cepat sampai akhirnya
spermanya keluar dan akhirnya dia lemas. Setelajh dicabutnya penisnya,
dia cepat memakai celananya dan meninggalkanku tanpa sepatah katapun.
"Bajingan," bisikku. Tapi aku mengerti, dia masih hijau. Bahkan hijau pucuk daun. Hahahaha...
Pukul 14.00 lebih dikit, Joko dan ayahnya kembali datang. Merejka
amenyiapkan segala sesuatunya, kemudian ayahnya naik ke atas genting
sementara Joko di bawah. Kulepas celana dalamku, hingga yang yang
kupakai hanya komono saja. Jika ayahnya turun ke bawah, aku langsung
berlari masuk kamar. Saat ayahnya di atas, aku berdiri di pintu dan
memperlihatkan kepada Joko senyumku. Joko tersipu. Sedikit demi sedikit
kusingkap komonoku memamerkan bulu-bulu kemaluanku. Joko meliriknya
berkali-kali dan aku tersenyum. Saat Joko melihatku, aku mengejeknya
dengan menjulurkan lidahku. Joko mendekatiku. Aku sengaja membuatnya
marah. Remaja alias ABG hanya dua kuncinya. Memujinya setinggi langit
atau membuatnya marah seakan tyak berharga. Dengan marahnya dia akan
nekad berbuat sesuatu, apalagi laki-laki.
"Bapakmu lagi di atas, berani gak?" bisikku. Saat ngomong begitu,
ayahnya memanggilnya meminta agar Joko naik tangga membawa seuatu. Cepat
Joko melompat dan menaiki tangga, kemudian turun lagi. Kermbali dia
kulambai agar datang. Saat datang kueluk penisnya. Berkali-kali sampai
penisnya berdiri. Cepat kuturunkan celananya dan kukdudukan dia di
kurisi kecil. Kukangkangi tubuhnya dan kuarahkan penisnya memasuki
vaginaku. Cepat aku menggoyangnya dan mulutnya kuarahkan mengisapi
tetekku saat ayahnya bekerja keras di atas genting, kami bekerja keras
di bawah. Sampai akhirnya spermanya muncrat beberapa kali dan dia segera
memakai celananya tanpa sempat membersihkannya. Aku tersenyum padanya
dan menjulurkan lidahku mengejeknya, sembari menunjuukan kelingkongku,
yang artinya diatidak hebat.
Saat mereka pulang sore hari, aku sempat berbisik pada Joko, agar dia
datang ke rumahku pukul 20.00 dari pintu samping. Ketuk jendelaku
beberapa kali, agar aku membuka pintu samping. Tak kutunggu jawabannya.
Saat aku duduka di teras depan rumah, kulihat Joko mengendap-endap di
samping rumahku,. Setelah lihat kiti dan kanan dan mungkin merasa aman,
dia menyelinap kesamping. Saat itu aku segera memasuki rumah dan
mengunci pintu depan dan mematikan rampu ruang tamu. Cepat aku ke
samping dan membukapintu samping. Begitu dia masuk, kami mengunci pintu.
Kulepas komonoku dan aku sudah telanjang bulat.
"Kamu telanjang juga dong..."bisikku. Dia juga seperti tergesa-gesa
membuka pakaiannya sampai bugil. Warna kulit kami sangat kontras.
Hitam-putih.
"Kamau jangan tergesa-gesa dong. Ayo isap tetek ibu dulu sepuasmu,"
kataku. Dia mulai mengisap tetekku dan aku mengelus-elus puunggungnya
Kemudian aku meminta menjilati vaginaku. Dia menatapku.
"Heh... menjilat aja gak berani. Laki-laki apa kamu?" aku sengaja
menghejeknya dan memojokkannya. Lagi dia tatyap wajahku di keremangan
lampu.
"Ayo dicoba. Berani gak?" tanyaku. Aku menelentangkan tubuhku di atas meraja makan dan mengangkangkan kedua kakiku.
"Ayo... kalau kamu laki-laki!" tantangku mengecirkan dirinya. Dia
mendekat. Mungkin terseninggung sekali atas ejekanku. Kutangkap
kepalanya dan kuarahkan mulutnya ke vaginaku. Dia mulai menjilati
vaginaku. Aku mengajarinya, bagfaimana cara menjilat dan apa y ang harus
dijilat. Aku memag sudah mencuci bersih vaginaku dan pada bulunya aku
semportkan sekali farvun, hingga membuat aromanya jadi nano-nano.
Makin lama jilatannya semakin bagus dan aku meminta dia
mempertahaqkankan jilatan seperti itu. Aku mulau menikmatinya sampai
akhirnya aku orgasme. Kasihan Joko, dia belum orgasme. Aku turun ke
lantas dan merebahkan diriku di lantai hanya dengan beralaskan komonoku
yang kukembangkan. Jokopun menindih tubuhku dari atas dan memasukkan
penisnya.
Lain orang lain sifatnya. Joko kelihatannya semuanya mau cepat dan
buru-buru serta sedikit kasar. Tapi aku suka pada kekasarannya, karean
tusukannya dalam vaginaku menjadi lebih keras.
Aku berpura-pura kewalahan, walau sebenarnya aku sudah orgasme. Lama
kelamaan aku jadi menikmatinya juga. Aku tahu, sebentar lagi Joko pasti
akan orgasme. Aku tak mau menyia-nyiakan kesempatan itu. Aku pun mujlai
mengimbanginya dan mencari kenikmatanku.
Akhirnya aku mendapatkannya. Aku mempertahankan goyanganku dan mengimbangi kekasaran Joko.
Kami mendapatkan puncak yang kami nikmati. Joko melepaskan spermanya.
Saat berkali-kali dia melepaskan spermanya,. dia mau mencabur penisnya.
Aku menahannya dewngan menjepitkan kedua kakiku di pinggangnya dan aku
mengonggoyangnya dari bawah, sampai aku orgasme.
Kusuruh Joko mencuci penmisnya di kamar mandi sementara aku ke kamarku
mengambil uang. Saat dia mau keluar dari rumah, aku menyelipkan uang itu
ke tangannya. Rp. 20 ribu.
"Terima kasih banyak ya Bu..." katanya berkali-kali. Nampak dia senang
sekali menerima uang Rp. 20.000 itu. Mungkin dalam pikirannya, sudah
dapat ngentot, dapat uang lagi. Baginya takaran Rp. 20.000 itu sudah
cukup besar. Sejak itu, saat aku membutuhkannya aku cuyku pmembisikkan
padanya saat kami berpapasan. Kemudian kami pakai jadwal Selasa dan
jumat malam.
Tak ada yang tahu. Joko pun sudah pintar dengan berbagai versi untuk
memuaskan dirinya . Dia merasa dia memuaskan dirinya, karena dia tidak
pernah tahu, kalau apa yang kuajario padanya, sebenarnya untukamemuaskan
diriku.
Minggu, 04 Maret 2012
Menggoda Anak Belasan Tahun #3
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar