Peristiwa yang kualami ini memang sulit dipercaya, tetapi itu memang
benar terjadi. Aku menikah dengan istriku dalam usia yang relatif masih
cukup muda. Aku berumur 24 tahun dan istriku 21 tahun.
Setahun kami telah menikah ketika aku baru selesai di wisuda. Dalam usia
yang masih muda kami masing-masing mempunyai keinginan sex yang cukup
tinggi. Istri cukup mampu mengimbangi birahiku yang selalu
menggebu-gebu. Hampir setiap malam kami selalu “ bertempurâ€.
Pertempuran itu selalu berlangsung sampai 3 babak, sehingga kami
kelelahan dan tidur pulas setelah itu. Kami sepakat untuk tidak
buru-buru mempunyai anak, agar bebas bermain kapan saja tanpa ada
gangguan.
Sebagai keluarga muda aku mewarisi perusahaan orang tua istriku yang
cukup besar, sehingga dari segi keuangan aku tidak pernah bingung.
Meski kami memiliki rumah yang merupakan hadiah perkawinan, tetapi kami
memilih tinggal di apartemen di tengah kota, agar dekat dengan kantorku.
Kehidupan privat kami mulai agak terganggu ketika mertua perempuanku
memutuskan ikut tinggal bersama kami, setelah suaminya meninggal.
Rumahnya dikontrakkan seperti juga rumahku. Dia beralasan ingin membantu
urusan rumah tangga kami. Maklum kami berdua sibuk. Aku seharian
bekerja sedang istriku sibuk dengan urusan kampusnya. Kami tidak
memiliki pembantu, sehingga semua urusan rumah tangga biasanya
diselesaikan kami berdua.
Sejak ada mertuaku, dia banyak membantu membereskan urusan rumah tangga.
Mulai dari membuat masakan sampai mencuci baju dan membersihkan rumah.
Ibu Mertuaku umurnya sekitar 38 tahun, terlihat masih cantik, putih
seperti juga istriku. Hanya seperti umumnya wanita setengah umur bodynya
agak subur, tetapi masih termasuk proporsional. Kulit mukanya masih
kencang, teteknya tegak menantang dan yang sering menarik perhatianku,
bokongnya membulat besar dan menonjol.
Pada awalnya aku kurang memperhatikan daya tarik sex mertuaku. Namun
lama-kalamaan aku jadi sering melirik dia, karena jika mengenakan
pakaian rumah, dia tidak pernah mengenakan BH sehingga selain teteknya
bergerak mengajun-ayun jika berjalan, puting susunya juga jelas tercetak
di balik bahan kaus yang dia kenakan.
Istriku termasuk anak manja dan “anak mamiâ€. Aku bisa maklum karena
dia memang anak tunggal. Banyak hal dia selalu meminta pertimbangan
maminya ketimbang meminta saran dariku.
Setelah 3 bulan kami tinggal bersama “mamiâ€, aku mulai merasakan
bahwa mami istriku termasuk perempuan yang bertipe menggoda. Dia sering
keluar kamar mandi dengan hanya menutup bagian bawahnya dengan handuk
dan bagian atasnya hanya ditutup oleh BH yang kelihatannya kekecilan.
Sering dengan pakaian seperti itu dia menyibukkan diri di dapur
menyelesaikan masakan, atau mencuci piring.
Yang lebih parahnya kadang-kadang dalam keadaan begitu ikut pula ngobrol
bersama kami di ruang keluarga sambil menonton TV. Istri tidak pernah
protes. Mungkin mereka dulu di rumahnya memang gaya hidupnya begitu. Aku
tidak banyak tahu, karena aku mengenal istriku melalui proses singkat,
yakni 3 bulan langsung maju ke pelaminan.
Terbawa oleh suasana ibunya, istriku jadi ikut-ikutan. Jika mulanya dia
melenggang dengan santai hanya dengan mengenakan celana dalam dan BH di
seputar rumah, akhirnya dia malah hanya mengenakan celana dalam saja dan
membiarkan susunya yang kenyal bergerak leluasa. Ketika kutanya kenapa
dia melakukan itu, katanya dia merasa lebih leluasa dengan gaya begitu.
Dan baru ku ketahui bahwa di keluarga istriku cara berpakaian di rumah
dulu memang begitu.
Mereka memang cukup lama tinggal di Eropa. Istriku sejak SD sampai lulus
SMA tinggal di luar negeri. Maklum karena Ayahnya orang Jerman. Ibunya
dari Sulawesi Utara. Pembaca pasti membayangkan bahwa istriku cantik.
Memang betul, dia cantik dan dari keluarga kaya. Aku memang ketiban
durian runtuh, dapat istri cantik, kaya dan mewariskan harta berlimpah
kepadaku.
Aku mulai ikut menyesuaikan gaya hidup setengah telanjang di rumah. Aku
memberanikan diri hanya bercawat saja di rumah. Ibu mertuaku kelihatan
biasa saja melihatku hanya bercawat. Padahal di keluargaku. Jika aku
hanya mengenakan singlet tanpa baju luar sudah ditegur. Di keluargaku,
pantang sekali makan di meja makan tanpa memakai baju atas. Sekarang aku
makan bertiga di meja makan dengan hanya bercawat saja.
Setelah sekitar seminggu aku terbiasa bercawat di rumah, Ibu mertuaku
bergerak makin maju. Dia bersikap lebih maju lagi, dengan membiarkan
dadanya terbuka tanpa BH. Aku sempat gugup pada awalnya karena mana
mungkin aku terus-terusan menghindar tidak melihat tetek besar mertuaku.
Tapi jika pun aku menatap ke dadanya dia tampaknya tidak peduli.
Istriku juga kelihatannya tidak mempedulikan aku jika kebetulan kepergok
aku memandangi tetek maminya yang bergoyang-goyang ketika berjalan.
Kalau kami berkumpul bertiga di ruang keluarga sambil menonton siaran
TV, sering aku dibuat rikuh oleh tingkah polah istriku. Dia mencumbui
aku, sampai menghisap penisku di depan ibunya.
Anehnya mami santai saja melihat percumbuan kami. Dia tidak mengomentari
dan juga tidak malu-malu melihat apa saja yang dilakukan istriku. Aku
sebetulnya agak jengah dengan situasi seperti itu, tetapi ini adalah
pengalaman baru. Apalagi aku dalam situasi birahi tinggi, sehingga
otakku jadi agak kurang waras.
Jika situasi sudah semakin hot, mami menyarankan kami berdua masuk
kamar. Tanpa malu-malu istriku menyeret tanganku masuk ke kamar.
Aku tidak ingat ketika dalam keadaan sangat terangsang di seret masuk
oleh istriku, apakah pintu kamar sudah tertutup atau belum karena
istriku langsung mendorongku telentang di tempat tidur.
Aku baru terkejut ketika mami berkacak pinggang di pintu melihat kami
melakukan persetubuhan. Pada saat ditonton mami, Istri sedang berada
diatasku menggenjot sambil melenguh-lenguh. Aku sebetulnya terganggu
konsentrasiku melihat mami menonton. Tapi istriku tidak perduli. “
Gerakannya jangan gitu meis†kata mami kepada istriku
Mami mengomentari gerakan istriku. Dia mendekat dan memegangi pinggul
istriku. Dia menjadi pengarah gerak. Mami mengajari agar pinggul istriku
bergerak memutar dengan gerakan konstan. Istriku diajari berkali-kali
tidak juga paham, dan dia bingung dengan gerakan itu. Mami berkali-kali
pula mengoreksi gerakan dari istriku. Kuakui gerakan arahan mami itu
jika dilakukan secara benar oleh istriku memberi rasa nikmat yang luar
biasa. Penisku seperti dipelintir-pelintir. Tapi dia berkali-kali salah
karena bingung.
Entah karena terangsang atau karena geram mengajari anaknya tidak
melakukannya secara benar, istriku di suruh minggir. Eh dia manut saja.
Yang membuatku terbengong-bengong. Mami sudah telanjang naik ke tempat
tidur langsung duduk di atas penisku dan ditancapkannya penisku di
lubang vaginanya yang sudah licin. Mami langsung melakukan gerakan
memutar. Rasa nikmatnya memang luar biasa. Aku jadi lupa diri dan
tanganku otomatis meremas-remas kedua susu besar yang tersaji di
depanku. Aku sebetulnya ingin bertahan, tetapi kepiawaian mami mengolah
gerak membuatku jebol. Tanpa aba-aba kulepas tembakan sperma ke dalam
memek mami. Dia terus memeras penisku sampai akhirnya penisku melemas
dan keluar dengan sendirinya dari lubang vagina mami.
“Yaaaa mami kok dihabisin sendiri, aku tadi kan sedang nanggung, “ kata istriku komplain.
Mami berusaha menenangkan anaknya dalam bahasa campuran Indonesia dan
Jerman. Dia mengajari anaknya untuk bisa membangunkan penis dengan waktu
relafit singkat. Tanpa rasa jijik dan malu. Mami langsung mengulum
penisku dengan gaya menyeruput kuah sup. Olahan lidahnya di sekitar
kepala penisku dan suara menyeruput membuat aku jadi bergairah. Mami
merangsang melalui hampir semua indraku. Mataku terpaku melihat belahan
memek mami yang terpampang di depan mataku. Dia mengatur posisi nunging
membelakangiku. Melalui pendengaranku ikut merangsang karena mendengar
seruputan mulut mami di penisku, Saraf perabaku merasa terpacu merasakan
leher penisku di tekan-tekan oleh ujung lidah mami, dan yang lebih
memukau lagi memeknya mami digoser-goserkan di mulutku yang sedang
menganga keheranan.
Tidak sampai 10 menit penisku sudah tegak mengeras. Mami lalu bangkit
dan memberi kesempatan kepada istriku untuk melanjutkan permainan.
Istriku mulai mahir melakukan gerakan memutar. Mungkin gerakan itu
membuat dirinya terasa maksimal merasa nikmat sehingga dalam waktu
relatif singkat dia sudah mengerang mencapai orgasmenya. Aku tidak
memberi waktu istirahat terlalu lama. Posisi segera aku balik dengan
menelentangkan dirinya dan aku langsung menikam memeknya dengan penisku
yang sudah mengeras sempurnya. Aku mengenal betul posisi yang disukai
istriku, sehingga aku menggenjotnya terus pada posisi yang disukai itu.
Pada posisi MOT istriku sampai mendapat 3 orgasme yang jaraknya
dekat-dekat. Mungkin karena lama-lama memeknya terasa ngilu akibat aku
genjot terus walau dia orgasme. Dia minta aku menyudahi permainan.
Padahal aku masih jauh dari finish.
“Sudah-sudah kasihan dia kecapaian,†kata mami.
Aku terpaksa berhenti dan mencabut kontolku yang sedang garang. Mami
mendorong badanku sehingga aku jatuh telentang. Belum sempat aku
menyadari situasi yang akan terjadi. Mami sudah berada diatas penisku
dan dia langsung menyarangkan senjataku ke vaginanya. Mami langsung
bergerak aktif dengan pusaran mautnya. Kali ini aku berusaha bertahan
untuk tidak cepat jebol. Mami makin bersemangat dan akhirnya dia pun
mencapai orgasme dan ambruk di dadaku.
Karena masih ada kemampuan aku membalikkan posisi dan mami aku tindih
dan langsung menggenjotnya. Aku terus berusaha mencari posisi yang
dirasa mami maksimal rangsangannya. Setelah kutemukan posisi itu dengan
tanda erangan-erangan mami aku menggenjotnya terus. Mami mencapai lagi
orgasmenya dan dia berusaha menghentikan gerakanku dengan memeluk
tubuhku erat-erat sehingga aku sukar bergerak. Aku merasa sekujur
penisku dipijat-pijat oleh dinding vagina mami.
Saat pelukannya merenggang aku kembali memacunya. Harus kuakui bahwa
vagina mami masih cukup ketat mencengkeram batang penisku. Dia mempunyai
teknik yang bagus mengolah lubang vaginanya sehingga mengesankan bahwa
lubangnya mencengkeram. Aku merasa penisku terus menerus seperti
dipijat-pijat oleh dinding vaginanya. Aku hanya mampu memberi mami satu
puncak lagi yang datangnya bersama-sama dengan puncakku. Aku mengerang
bersamaan dengan mami dan melepas spermaku dengan menghunjam penisku
sedalam-dalamnya ke memeknya.
Mami kuakui sangat jagoan menservice laki-laki.
Meski aku senang dan bahagia, tetapi dalam hatiku masih bertanya, kenapa
istriku memberi kesempatan maminya menikmati kontolku. Dia malah tidak
terkesan sama sekali cemburu, atau kecewa. Dia tetap menyanyangiku .
Buktinya selesai aku menggenjot maminya aku dipeluknya erat-erat sampai
kami tertidur.
Paginya ketika aku bangun, kudapati kami tidur bertiga dalam keadaan
bugil di dalam selimut. Air maniku berceceran dimana-mana mengotori
sprei dan selimut. Kubangunkan istriku, dan mertuaku juga ikut bangun.
Kami bangkit bertiga dan bergandengan kami menuju kamar mandi. Bertiga
kami mandi telanjang saling menyabuni dan saling mengeringkan badan
dengan handuk. Setelah itu kami tidak lagi mengenakan pakaian sarapan
pagi dan terus sepanjang hari bertelanjang di rumah.
Istri tidak segan-segan mengentotiku di ruang keluarga di depan maminya.
Tapi yang lebih aneh istri membiarkan maminya ketika mami ingin
menyetubuhiku.
Prakteknya aku seperti mempunyai dua istri yang bisa kugarap dalam satu
ranjang kapan pun waktunya. Dua istri satu ranjang sudah kedengarannya
aneh, yang kualami lebih aneh lagi karena dua perempuan itu adalah anak
dan ibu.
Aku sempat khawatir, spermaku membuahi rahim mami. Istriku menjelaskan
bahwa ibunya telah disteril, jadi tidak bisa dibuahi lagi.
Anak dan ibu mempunyai nafsu sex yang luar biasa dan kadang-kadang agak
aneh juga. Anehnya istriku sering menyuruh mami merangsangku, ketika aku
sedang asyik menikmati tayangan sepak bola di tengah malam. Aku
sebenarnya ingin menolak karena semula lebih menginginkan konsentrasi
menonton pertandingan, tetapi, aku tak kuasa menahan rangsangan mami,
sehingga konsentrasiku ke TV buyar.
Minggu, 04 Maret 2012
Istri & Mertua
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar