Minggu, 04 Maret 2012

Menggoda Anak Belasan Tahun #2

Setelah mungkin bvelasan kali bersetubuh dengan Hendra, aku jadi ketagihan mencari anak tetangga yang lain. Bahkan anak-anak yang suka mangkal di taman, di mall dan gerombolan anak-anak remaja lainnya. Mulanya aku merasa lucu, apa sih enaknya bersetubuh dan berpacaran serta bercinta dengan anak remaja? Ternyata punya keasyikan tersendiri. Selain kita merasa dirinya tetap awet, juga kita merasa segar, bercerita dengan mereka, seakan kita kembali remaja. Hal ini mungkin memperngaruhi psikologi kita. Apalagi, kalau dapat anak ABG yang baru pertama kali bersenggama bahkan pertama kali berciuman. Asyik lho. Gak percaya, boleh coba.
Kubawa mobilku memasuki halaman mall dikotaku. Aku berjalan dengan mataku yang jelalatan. Aku melihat seorang anak muda, masih memakai seragam biru-putih. Artinya masih SMP. Modalnya ringan. Pertama-tama, royallah memuji dirinya dan angkat dia setingi langit. Kemudian ajakmakan dan minum, lalui berikan perhatian. Gampang kan?
Anak itu kuketaui bernama Williem. Putih lebih tinggi dari teman-temannya, karena dia suka basket. Kulitnya bersih dan mudah tersenyum. Dia bersama dengan seorang temannya. Aku tau mereka bolos sekolah.
Aku dudukdi sebuahsudut cafe yang ada dan kuperhatikan anak itu. Saat mereka lintas takjauh dariku aku melambai mereka. Keduanya mendekat.
"Kenapa gak sekolah sayang..." rayuku.
"Dari pada keluyuran takmenentu, ayo sini duduk dekat tante. Mau minum apa?" rayuku. Aku memberanikan diri. Karena pertama kali aku operasi di mall dan plaza-plaza, seperti kebanyakan teman-temanku. Tapi aku tak mau ikut mereka. Aku lebih suka operasi sendirian aja.
Mereka pun dududk malu-malu di depanku. Kuminta jus wortel duagelas lagi. Pelayanpun mengangguk dan tak lama minuman pesananku itu tiba. Kuputar otakku dengan cepat. Kuminta teman William membelikan aku rokok dan menyerahkan uang. Teman Williem segera angkat kakki mencarirokok yang aku pesan. Kumanfaatkan keadaan secepatnya.
"Kamu kelihatan dewasa sekali sayang..." kataku setelah mengetahui namanya Williem. Dia tersenyum.
" Sebagai laki-laki dewasa dan laki-laki yang dewasa, pasti bisa jaga rahasia,"kataku. Dia menatap wajahku atas pujianku. Akutau, kalau diamulai senang atas pujianku.
"Berapa nomor HP-mu?" rayuku. Dia mengeluarkan HPnya dan menyebut nomernya. Aku mencatat nomornya dan aku berjanji akan menggantio HP nya dengan yang lebih bagus lagi nanti. Kumiscall ke HP nya dan ternyata bebar.
"Itu no HP tante," kataku dan memesankan padanya, kalau rahasia harus dijaga sebagai laki-laki yang jantan dan menjelang dewasa. Aku bilang, kalau sebenarnya laki-laki adalah kehebatannya menjagarahasia pribadi. Dia tersenyum. Kutrekan tuts HP ku dan mengirimkannya SMS. Sebagai laki-laki, aku yakin, kamu pasti punyacara untuk meninggalkan temanmu dan kita boleh pergi jalan berdua. Kulihat dia membaca SMS ku saat temannya mulai mendekati tempat kami. Dia tersenyum membaca SMS dan langsung dibalasnya.
"Gampang." singakt sekali balasannya. Aku tersenyum.
"OK. Kalau begitu segerabuktikan. AKu mau tahu, apakah kamu memang seorang laki-laki yang sudah dewasa atau menuju dewasa." Kukirimkan lagi SMS itu. Williem membacanya. Aku melihat dahinya berkerut. Anak yang suka bolos, pasti panjang akalnya, batinku.
"Aku sakit perut ni. Rasanya mules sekali. Tante mau gak antar aku kerumah. Biar mama yang antar aku kerumah sakit?" Williem mengatakan pdaku seakan dia serius sakit perut. Kulihat temannya seperti bingung.
"Ya udah... tante antar kerumahmu atau ke rumah sakit sekalian," kataku.
"Kamu jangan cerita dan datang ke rumahku ya. Nanti kalau udah aman aku SMS kamu. Nanti ketahuan ama mama, kalau kita cabut," katanya pada temannya. Temannya mengangguk. KJuserahkan uang Rp. 50.000 pada temannya agar dia boleh bersenang-senang menikmati cabut sekolahnya. Kelihatan temannya itu senang. Aku sengaja membimbing Williem bangkit dari tempat dudukmnya. Aku melihat Willem begitu bagus beracting. Dalam hati aku tersenyum. Kami menuruni escalator ke tempat parkir. Setelah di dalam mobil kembali aku memujinya.
"Kamu benar-benar hebat sayang. Tante percaya, kalau kamu adalah laki-laki dewasa yang sempurna," kataku sembari mengecup pipinya. Kulihat Williem bangga atas pujianku. Kujalankan mobill menuruni jalan tempat parkir yang berputar-putar di mall itu.
"Menurutmu kita kemana? Ke puncak cariudara segar atau kemana?" tanyaku, tapi aku sengaja menekankan kata puncak.
"Baiknya memang ke puncak, asal pukul 14.00 aku sudah bisa sampai di rumah," katanya menyarankan. Wah... anak ini memang petualang juga pikirku. Katanya dia kelas 3 SMP dan aberusia 15 tahun.
Kutekan gas mobil memasuki tol dan dalam waktu satu jam kami sudah sampai di sebuah villa kecil yang murah. Befgitu mobil memasuki garasi, kutuntun dia naik ke lantai atas. Kuajak dia duduk di teras belakang menikmati suasana alam.
"Kamu memang seorang yang sangat romantis, suka pada alam," pujiku. Lalu dia pun bercerita bagaimana alam itu penting bagi manusia. Saat dia bercerita tak ubahnya seperti seorang profesor berceramah, aku terus memujinya sebagai anak pintar. Dia bangga.
Begitu pelayan turun dan menyerahkan uang makanan kami sekaligus uang kamar agar nanti perginya tak perlu melapor lagi, langsung kupeluk Williem dan menecup pipinya. Aku sengaja merapatkan buah dadaku ke tubuhnya dan mengelus punggungnya. KUtarik tangannya agar naik ke pangkuanku.
Yahhh... namanya pemula yang berpura-pura jadi anak dewasa, aku merasakan kecanggungannya. Akhirnya dia mau juga berada dipangkuanku. Kedua kakinya mengangkangi kedua kakiku dan aku memeluknya, hingga dada kamu merapat. Aku senagaja secara halus menggeliat, agar ada aliras dari buah dadaku kedadanya. Aku terus mengelus punggungnya sembari memujinya.
"Kamu pasti punyapacar dan pasti cantik. Siapa sih perempuan berpacaran denganmu yang ganteng begini?" biskku memuji. Williem diam saja tapi aku tau dia mendengar pujianku.
"Pasti kamu juga sudah mahir berciuman. Orang yag memiliki pacar yang banyak, tak mungkin tak pintar berciuman," kataku pula. Lagi-lagi Williem diam. Kuarahkan bibirku ke bibirnya dan aku mengecup bibirnya. Langsung kuisap-isap bibirnya dengan lembut. Lama kelamaan, mungkin naluri, Williem membalas isapan bibirku di bibirnya. saat dia mulai merasakan nikmatnya berkecupan, aku menarik bibirku.
"Kan benar. Apa yang tante duga benar. Kamu ternyata laki-laki yang hebat berciuman," pujiku lagi. Aku tau dia mulai kecewa, karena aku mengeluarkan vbibirnya dari kulumanku. Kemudian aku kembali lagi mengecunya dan mulai perlahan menjulurkan lidahku ke dalam mulutnya. Kukorek lidahnya dengan lidahku, lalu aku mulai mengisap-isap lidahnya dan bergantian aku mejulurkan lidahku. Williem mulai mengisap lidahku. Aku berpura-pura mendesah menikmatinya. Williem pun semakin bersemangat mempermainkan lidahku. Kuarahkan tangannya ke tetekku setelah aku melepas kancing bajuku.
"Kamu pandaikan mengisap tetek? Isap dong diisap tetek Tante, pasti kamu hebat dan mampu membuat tante nikmat," pujiku lagi, lalu mengeluarkan tetekku dari bra. Kuarahkan mulutnya ke tetekku dan dia mulai mengulum, lalu mengisapnya. Bergantian tetekku kuarahkan untukdiisapnya.
Wah... anak ini, pasti tidak lama mengajarinya, batinku. Kuelus-elus penisnya dari luar celananya. Aku dapat merasakan penisnya sudah mengeras. Aku takut, begitu memasuki vaginaku dia sudah muncrat.
Kuminta Willem berdiri di hadapanku dan aku melepas celana. Kuturunkan celananya dan sekalian celana dalamnya sampai lutut. Mulanya dia seperti malu.
Langsung aku bergumam memuji-muji penisnya.
"Wau... luar biasa. Kamu benar-benar laki-laki jantan yang sempurna," kataku memuji, seakan aku berkata pada diriku sendiri sembari mengelus penisnya.
Kurapatkan mulutku dan langsung kukulum penisnya. Kupermainkan lidahku pada penisnya. Kuremas-remas dan kuelus buah pantatnya yang putih mulus.
"Enak kan?" bisikku. Aku tak butuh jawabannya, karena aku tahu dia pasti merasa nikmat. Aku tahu dia mau muncrat, karena dia mulai meraba kepalaku bahkan dia mulai menekan penisnya jauh kedalam mulutku. Aku bersorak gembira. Ini adalah awal yang baik, batinku.
Betu. Tak lama aku merasakan spermanya mengalir di tenggorokanku beberapa kali saat dia mulai meremas rambutku. Setelah aku merasakan remasan di rambutku melemah. Aku mengeluarkan penisnya dari mulutku.
"Maaf tante, aku gak sengaja..."
"Huuuu... gak sengaja? Luar biasa kamu sayang. Luar biasa sekali. Kamu benar-benar laki-laki yang jantan dan hebat,"pujiku melambungkannyatingi ke awan.
Dia pun senang. Pukul 12,00 kami keluar dari villa, agar dia tidak terlambat tiba di rumahnya.

0 komentar:

Posting Komentar